Timur atau Barat yang lebih Sopan

Benarkah Timur lebih ramah dan sopan dari pada Barat?

Kok saya mulai menyangsikan pengakuaan ini?
Setelah hampir dua minggu menjalani lelaku spritual dengan menjadi pramuniaga di Bali,saya mulai mempertanyakan pengakuan ini.

Ritual saya sebelum buka toko diawali dengan menyapu daun kering yang berjatuhan dari pohon pelindung yang ada dipinggir jalan. Kemudian dilanjutkan membersihkan kaca sisi bagian luar toko.

“Morning, Good Morning” atau “sorry”, kalimat seperti ini sering mengagetkan saya saat menyapu. Padahal pejalan kaki berkulit putih terkadang berambut pirang yang berlalu-lalang ini tidak mengganggu aktifitas menyapu atau tidak sedang berpapasan dengan saya. Bahkan saat saya membersihkan kaca membelakangi jalan juga dikagetkan dengan kalimat “have you nice day”.

Pada saat menjalani aktifitas transaksi jual beli dengan tawar menawar yang sangat alot. Entah kenapa saya lebih nyaman dengan tamu-tamu “londo” walaupun dengan english yang pas-pasan. Terkadang juga menggunakan google translate plus bahasa Tarzan.

Kesan yang saya tangkap mereka memposisikan dirinya sejajar dengan saya. Mungkin karena mereka tidak kenal dengan istilah “pembeli adalah Raja”. Dan yang tak pernah luput dari mereka selalu mengucapkan “Thank you dan Sorry” baik terjadi akad jual-beli maupun tidak.

Selainnya ada beberapa tamu londo yang mengekpresikan selera humornya walaupun dengan orang asing yang baru kenal seperti saya, namun dengan cara yang elegant.

Beberapa hari yang lalu saya dapat tamu Frank dari Prancis, setelah menjalani negosiasi yang ketat akhirnya deal transaksi dengan harga yang telah disepakati.
Kebetulan beliau tidak bawa uang yang cukup baik Rupiah maupun Dollar/euro. Ini londo termasuk kategori yang su’udzhon terhadap security sistim MasterCard maupun Visa sehingga beliau tidak bersedia menggunakan Credit Card. Akibatnya mesti balik ke Villa untuk mengambil uang dan beliau berjanji akan balik dalam waktu 20 menit. Sekembalinya mengambil uang lalu menyerahkan kepada saya untuk dihitung. Beliau membalikan badan membelakangi saya sambil kedua tangan menutupi kupingnya dan senyum-senyum. Setelah saya hitung ternyata uang tidak sesuai dengan akad yang disepakati lalu saya berucap “sorry sir, your money isn’t enough”. Kemudian dia membalikan badan dan pura-pura menutup mata sambil melepaskan topi sehingga jatuh beberapa lembar uang dimeja. Saya tersenyum sedangkan beliau tertawa lebar.
Sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman sambil berucap “Thank u very much” balik badan menuju pintu keluar sebelum menutup pintu beliau mengakat tangan kanan sejajar alis merperlihatkan sikap hormat.

Berbeda sekali dengan sebagian orang timur yang terkenal sopan dan ramah masuk toko tanpa salam apalagi senyum setelah puas shoping window kemudian berlalu tanpa suara.

Dalam suatu penerbangan Jakarta-Padang setelah pesawat mendarat, selanjut bergerak menuju terminal. Seorang Ibu melepaskan seat belt dan berdiri untuk mengambil barang bawaan yang berada pada kabin. Pramugari memperingatkan agar sang ibu untuk duduk dan memasang seat belt kembali. Namun apa yang terjadi si ibu malah marah dan membentak pramugari. Dengan alasan aktifitasnya tidak mengganggu orang lain dan juga kenapa hanya dia yang diperingatkan sedangkan yang lain juga melakukan hal yang sama.

Berapa seringkah antrian anda diserobot diloket penjualan tiket commuter line, tiket pertandingan sepakbola. Atau anda pernah diserobot saat antri di SPBU, keluar parkiran. Teman ex kantor saya pernah berantam sampai saling pukul karena berebut masuk pintu parkiran kantor.
Bagi pengendara motor suara klakson saat macet atau saat lampu lalu lintas masih kuning sudah menjadi santapan setiap hari.

Saya bukanlah orang yang anti terhadap segala sesuatu yang berasal dari barat dan juga tidak mengamini semua yang berasal dari barat.

Bagi yang tidak setuju boleh ini hanya sepenggal pengalaman saya. Dan lagi pula saya belum pernah menginjakan kaki di benua biru-kampuang halaman mereka.

Al Albana, Legian, Juli 2016

Kategori Esai, Telaah

Tinggalkan komentar