Saya bertanya pada kopi yang tersisa setengah gelas, pada pagi menjelang dhuha. Tidakkah ummat akan menang?
Sang kopi bingung, kenapa saya masih menanyakan hal demikian. Belumkah saya melihat, bagaimana pekat warna tubuhnya melumat gula.
Saya tetap tak bisa menerima penjelasan kopi. Apakah Zat yang maha tunggal tidak berpihak kepada ummat. Sang kopi tetap berkukuh. Saya marah. Saya meminumnya hingga ia nyaris tandas. Tapi sepertinya ia makin marah sehingga hanya menyisakan suara, “krrraaak”, saat saya meletakan ditangan sofa, suara parau tidak jelas artikulasi ucapannya.
Saya semakin kalap. saya menenggak kopi hingga tamat namun sayup-sayup terdengar suara ibu-ibu majelis taklim melantunkan shalawat dari sebuah mushola kecil dari kampung sebelah.
Saya tersadar telah melumat pekat kopi,gula, cream serta sedikit bubuk coklat dalam secangkir capucino secara bersamaan.
Alwi Albana
Penikmat kopi instan.