Teknologi ditemukan bukan hanya sesuai kebutuhan pada masanya namun juga sesuai dengan kwalitas penggunanya yang pada masa itu.
Hari-hari belakangan ini gejala keretakan umat di negeri Indonesia tercinta ini kian mengkhawatirkan. Saling hina dan caci maki antar mereka seolah telah menjadi menu sehari-hari. Orang-orang Indonesia yang dianggap oleh dunia sebagai yang paling ramah, dengan salah satu sifatnya yang murah senyum, kini justru telah menjelma menjadi penjual sumpah serapah. Sebuah ironi yang tiada terperi.
Saya coba membayangkan jika teknologi informasi (internet,media online, sosial media) sudah ditemukan dan digunakan oleh manusia dengan kwalitas seperti saya termasuk sebagian anda pada era perjuangan kemerdekaan,pada masa-masa terjadi silang pendapat tokoh-tokoh pergerakan nasional, perdebatan yang sengit diantara mereka, alangkah gaduhnya teriakan dan makian kita pada saat itu. Bisa-bisa polusi suara pada saat itu dapat mengalahkan efek rumah kaca dalam mempertipis lapisan ozon.
Para pejuang kita Seokarno yang Nasionalis, Hatta dan Syahrir yang Sosialis, Natsir yang Islamis bahkan Tan Malaka yang Komunis serta para pejuang lainnya jelas dengan latar belakang dan Ideologi yang berbeda. Mereka tidaklah selalu satu suara, tak jarang mereka bersilang pendapat atau berbeda cara dalam meraih kemerdekaan. Maka beruntunglah perbedaan tidak diperburuk karena belum ada sosial media serta manusia seperti saya termasuk sebagian anda belum hadir saat itu.
Bagaimana tidak?, karena mereka (para pejuang kita) adalah manusia terbaik dengan integritas yang tinggi yang memang pantas untuk dibela dan dipuja. Mungkin petisi online untuk membela atau menghujat salah satu dari mereka akan berkelindan langit-langit sosial media atau group barisan pembela atau penghadang akan berpilin di laman sosial media anda. Sedangkan politisi saat ini dengan kwalitas sesuai zaman sekarang saja anda berani bela mati-matian sampai memutuskan hubungan perteman atau saudara yang terjalin sejak lama demi membela mereka-mereka yang berselisih.
Apa jadinya jika facebook,twiter dan media sosial lainnya yang digunakan saat ini dengan pengguna seperti saya dan anda sudah ada saat itu, mungkinkah kita akan merayakan 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan?
Alwi Albana
Pengunyah dan Pemamah berita
Selepas subuh 22112016