Apakah sama belajar kritis dengan mengkritisi?, seolah-olah sama, padahal jelas ada perbedaan apalagi diera digital sekarang ini.
Kalau kita mundur dua dekade belakang mungkin ada benarnya, orang-orang yang mengkritisi adalah mereka yang telah melewati proses belajar kritis. Namun kemajuan tekhnologi informasi semenjak ditemukan smartphone membuat dua hal ini sedikit bergeser. Terlebih semenjak menjamurnya media online dan sosial media yang dapat di akses oleh siapapun dan dimanapun aktifitas mengkritik meninggalkan cangkangnya yaitu belajar kritis.
Belajar kritis memang outputnya adalah mengkritisi, namun tidak mengharuskan selalu kritikan dapat pula berupa apresisi. Sedangkan mengkritisi tanpa melalui proses belajar kritis hampir selalu menghasilkan kritikan.
Bahkan yang paling absurd hanya bermodalkan tautan yang berlalu lalang di beranda dengan judul boombastik , tidak penting sumber informasi apalagi verifikasi yang penting dibagikan dengan menambahkan satu atau dua kata atau frasa lantas telah merasa mengkritisi walaupun meminjam opini orang lain.
Hari ini sebagian orang sudah tidak dapat membedakan antara mengigau dengan beropini (termasuk status ini).
****
Al Albana, Andalas 24 Maret 2017