Dua ormas besar keagamaan terseret kedalam perdebatan Full Day School. Ada yang bilang Muhammadiyah keranjingan sekolah sedangkan NU masyuk ngaji. Padahal ini bukan perdebatan antara Muhammadiyah VS NU saja tapi seluruh eleman masyarakat. Agar “seksi”, provokator memframing isu ini antara Muhammdiyah VS NU.
Begini saja, yang setuju FDS silakan. Sedangkan yang menolak monggo. Namun bagi yang menolak, mari alokasikan lebih banyak waktu untuk memberikan pendidikan akhlak (moral) kepada anak-anak kita, sedangkan sekolah kita kembalikan kepada fungsi semula sebagi tempat transfer ilmu (pengajaran) saja. Sedangkan Peran pendidikan (pembentukan akhlak, karakter) dikembalikan ke keluarga seperti semula.
Mau lima hari sekolah dengan dua hari libur atau sebaliknya dua hari sekolah dengan lima hari libur, bahkan tidak sekolah formal juga tidak mengapa, yang penting jalankan peran sebagai orang tua sebaik-baiknya. Buktinya Home Scholing semakin diminati dan diakui bahkan juga bisa masuk perguruan tinggi negeri. Bahkan kalau mundur ke belakang para cendikiawan Islam terdulu belajar tidak pakai kurikulum, tanpa sekolah formal degan segala macam sertifikasi, mereka tidak hanya ahli dibidang agama saja tapi juga di bidang Sains, misalnya Ibnu Sina-Medis, Al Farabi-Kimia, Al Jabar-Matemarika dan banyak lainnya.
Tidak menutup kemungkinan, 100 atau 200 tahun lagi tenaga manusia tersingkirkan oleh Teknologi yang dihasilkannya. Peran manusia tergantikan oleh tenaga robotik dengan sistim automasi komputer sehingga hanya butuh sedikit sekali tenaga manusia dalam proses produksi. Jika tenaga tidak dibutuhkan lagi, maka sekolah seperti saat ini juga tidak diperlukan lagi.
Al Albana. Padang, Juli 2017