Tak perlu kaget dengan ditunjuknya Farhat Abbas sebagai juru bicara kampanye Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin, biasa saja. Walaupun selama ini Farhat tak bosan-bosannya mempertontonkan buruknya kualitas komunikasi publiknya kepada kita baik itu dalam pertikaiannya dengan Ahmad Dhani ataupun dengan mantan isterinya-Nia Daniati.
Tujuan penunjukan Farhat Abbas memang bukan untuk memperbaiki komunikasi politik tapi agar ramai, asyik dan gaduh. Belum apa-apa do’i sudah memanaskan lantai dansa dengan memancing Fadli Zon dari kubu oposisi. Jika diteliti lebih lanjut tujuannya untuk menjatuhkan kubu lawan dengan cara paling tidak bermutu.
Panggung demokrasi memang seperti itu tak terkecuali di negeri ini. Apalagi di era politainment ini, sebagian (besar) pemilih kita memang suka yang ramai dan gaduh yang penting kencang gaungnya alias viral. Tak perlu mutu. Tak butuh gagasan yang cemerlang. Toh pemenang demokrasi memang ditentukan oleh tepuk tangan (coblosan) yang paling ramai (banyak). Sementara yang peduli terhadap mutu hanya segelintir saja dan mereka sebagian (besar) memilih menepi.
Agar lebih ramai dan sahut-sahutan tak bermutu lebih kencang alangkah eloknya kubu oposisi menjawabnya dengan memilih Ahmad Dhani sebagai jubir pula. Gayung bersambut.
Pemilu kan soal asyik-asyik dan ramai-ramai sedangkan pemenang sudah ada yaitu mereka-meraka para cukung yang berada dibelakang mereka. Bahkan seorang cukung pegang dua-duanya, cuma porsi saja yang dibedakan.