Sejarah pada umumnya ditulis dengan penyeragaman sudut pandang. Biasanya dibakukan dan dibukukan oleh pemegang kekuasaan. Karena terkait erat dengan legitimasi kekuasaan yang sedang digenggam maka tidak boleh ada sudut pandang yang berbeda.
Pengantagoniskan seseorang atau kelompok adalah hal yang lazim terjadi sejak dahulu. Agar terlihat patriotik seseorang membutuhkan tokoh antagonis. Perhatikanlah di film-film atau sinetron ; lakon baik dengan wajah yang enak dipandang serta berpostur kekar, meminta orang-orang bayaran, katakanlah menjambret atau tindakan tercerla lainnya terhadap seorang gadis cantik yang menjadi incarannya dan tetiba sang lakon datang sebagai malaikat penolong dan selanjutnya.
Pengantagonisan Arung Palakka pun demikian. Berabad-abad lamanya kita mengenal Arung Palaka sebagai pengkhianat. Barangkali karena Sultan Hasanuddin-Raja Gowa yang dilawannya adalah Pahlawan Nasional. Arung Pallakka sejak usia sebelas tahun dan keluarganya menjadi tawanan Politik Kesultan Gowa–sejak Kerajaan Bone dikuasai oleh Kesultanan Gowa. Sebagai pewaris kerajaan Bone, hasrat untuk membebaskan bangsa Bone dari cengkraman Kesultanan Gowa terus ia pelihara, hingga datang kesempatan itu dengan b bekerjasama dengan V.O.C. untuk melepaskan cengkeraman Kesultanan Gowa dan mendirikan kembali Kerajaan Bone. Arung Palakka dianggap pemberontak oleh NKRI tanpa mengindahkan perasaan suku Bone karena raja mereka dituduh pengkhianat. Padahal NKRI belum lahir saat itu. Hampir tiga ratus tahun setelahnya barulah lahir NKRI.
Begitu pula Tan Malaka berpuluh tahun tak boleh disebut namanya dan segala macam buku yang memuat pemikirannya tak boleh beredar apalagi dibaca. Beliau dicap pengkhianat hanya karena beliau tidak terima dan kecewa terhadap hasil perundingan antara NKRI dengan Kerajaan Belanda, yang ia anggap delagasi Indonesia terlalu lemah karena Kerajaan Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia sebatas Jogja, Jawa Tengah, Jawa Timur dan seluruh Sumatera.
Bagaimana pula dengan Xanana Gusmao dan Ramos Hoarta yang dulu kita sebut pemberontak namun hari ini tetangga kita di Timor Leste menyebutnya pahlawan atau Bapak Bangsa. Hasan Ditiro seperti apa rakyat Aceh mengenangnya?