Syair Sunur
(51) Inilah nazam dagang yang syukur / kepada tolan di kampung Sunur / bidal sekapur sirih yang layur / pembuka kabar permulaan tutur (1)
(52) Lamalah tuan dagang tinggalkan / habislah tahun baganti zaman / satupun tidak dagang kirimkan / dikarang surat kaganti badan (2).
Jikalau adat orang yang lain / ada kiriman baju dan kain / akan sahabat lawan bermain / supaya terbuka hati yang rahim (3).
Di dagang tidak katando hayat / hanyalah kertas berisi dawat / dalamnya sembah fadhilal hajat / serta salam doa selamat (4).
Pikirlah dagang suatu malam / diambil kertas, dawat, dan kalam / disuratkan sembah serta salam / memohonkan ampun ke bawah Kidam (5).
Sungguhpun surat dagang kirimkan / umpama ganti nyawa dan badan / dagang bercinta surat sampaikan / sepanjang tahun segenap bulan (6).
Wahai sahabat dengarkan kata / kaum kerabat semuanya rata / sungguhpun jauh tuan di mata / di dalam mimpi kupandang nyata (7).
Baru tapajam mataku tidur / rasa di dalam negeri Sunur / tolan yang ada lawan bertutur / sukalah hati menerima syukur (8).
Sudah terjaga mata memandang / kiranya badan terbaring sorang / bukan di Sunur hanya berdagang / tolan yang tadi dipandang hilang (9).
Siapa tuan yang kasih sayang / mau menanya dagang terbuang/
(53) sambutlah surat sudah terlayang / lihat kabarnya disana terang (10).
Di dalam surat ada alamat / mengatakan dagang lagi ada hayat / serta sehat dalam selamat / di negeri Tarumunnamanya tempat (11).
Siapa tuan menaruh iba / mau melihat dagang yang papa / tuan disini dagang disana / di dalam surat bertemu mata (12).
Aku suratkan dengan ujung kalam / atasnya kertas dawat yang hitam / siapa tuan yang rindu dendam / tempat teringat siang dan malam (13).
Dengan ujung kalam aku menyurat / boleh katanda masa teringat / siapa yang rindu tolan sahabat / lihatlah bekasnya dagang yang larat (14).
Wahai tuan yang kasih sayang / apalah nasib dagang seorang / untung nan tidak bagai di orang / dari mula awal sampai sekarang (15)
Di orang untung umpama nuri / rupa pun baik dengan biapari / dalam tahta sepanjang hari / apa yang hajat datang sendiri (16).
Di dagang untung bagai sisagan / di dalam sarab sepanjang hutan / kurang mencari kuranglah makan / sepanjang tahun segenap bulan (17).
Di orang untung umpama tiung / dalam haribaan bunda mengandung / jikalau sakit bunda mendukung / pada masa panas dikembang payung (18).
(54) Di dagang untung bagai barabah / dalam ilalang tuhur dan basah / sakit dan senang itulah rumah / begitu nasib takdir Allah (19).
Di orang untung umpama balam / di dalam sangkar podi manikam / di dagang untung bagai anak ayam / dalam pelimbahan siang dan malam (20).
Di orang untung umpama elang / menjadi raja di awang-awang / di dagang untung si pipit pinang / dua sejoli kemana terbang (21).
Di orang untung umpama bayan / dalam sangkar keramat intan / di dagang untung si pungguk rawan / mabuk bercinta rindukan bulan (22).
Di orang nasib umpama merak / rupanya baik akal pun bijak / di dagang nasib upama cecak / kebencian orang guna pun tidak (23).
Di orang ada ibu dan bapa / akan pembujuk hati yang duka / di dagang yatim, miskin, dan papa / segenap negeri benci belaka (24).
Jikalau ada ayah dan bunda / sukalah dagang jadi garuda / terbang membubung atas udara / ke negeri Sunur menjelang ayahanda (25)
Di orang untung Bunga Cempaga / rupanya baik putra dewangga/ siang dan malam atas kepala / dalam junjungan ayah dan bunda (26).
Di dagang untung bunga durian / jatuh ke bumi masa penghujan / (55) menjadi luluk sepanjang jalan / siang dan malam jadi jejakan (27).
Sanak saudara ada di orang / boleh menolong pagi dan petang / dagang nan bagai pinang sebatang / kiri dan kanan tidak bercabang (28).
Di orang ada dalam kaum / umpama betung rampak serumpun / kiri dan kanan banyak berhimpun / segenap bulan sepanjang tahun (29).
Di dagang tidak ada kerabat / akan menjadi lawan sahabat / umpama nyiur sebatang bulat / pikir di hati menjadi larat (30).
Di orang nasib bagai durian / batangnya rampak, daun, dan dahan / di dagang nasib sebatang bamban / masa terbuang di dalam hutan (31).
Di orang ada rumah dan tangga / tempat bermain bersuka2 / di dagang yatim, hina, dan papa / segenap rumah tempat suaka (32).
Sudah begitu takdir Allah / mula sejengkal tinggi di tanah / kami bertiga suatu ayah / turun serumah naik serumah (33).
Untung di Allah sudah begitu / atas kepala dagang piatu / kami bertiga ibu pun satu / ketiganya hanyut ke Bandar Satu (34).
Di orang nasib bagai kepundung / buahnya manis makanan burung / di dagang nasib buah galapung / hanyut di sungai terapung2 (35).
(56) Di orang untung umpama duku / manisnya sampai ke ujung kuku / di dagang pahit bagai mengkudu/ biarlah hilang jangan meragu (36).
Wahai tuan yang biaperi / dagang katakan nasib sendiri / anak ayam hilang ada bacari / dagang terbuang tiap negeri (37).
Wahai tuan yang kasih sayang / dengarkan kabar dagang terbuang / jauh di mata di hati hilang / baiklah mati sebelum gadang (38).
Tidak kerabat banyak di orang / tetapi ada emas di pinggang / barang kemana pergi berdagang / adalah orang menaruh sayang (39).
Dagangku ini tidak seperti / dari mula kecil bunda lah mati / emas pun tidak di dalam peti / semuanya orang menaruh benci (40).
Wahai sahabat handai dan tolan / dagang yang yatim tuan sadarkan / tidaklah jadi tuan harapkan / sudah terbuang dalam lautan (41).
Tuan dengarkan kabar yang elok / dagang diambil kabuah ratap / tidaklah boleh dagang diharap / umpama kambing lepas ke sesap (42)
Siapa tuan yang kasih sayang / memberi nasi dagang terbuang / sesuap pagi sesuap petang / minta ridakan sampai sekarang (43).
Sudahlah kabar kepada tolan / sembah dan salam habis disinan /
(57) kepada yang tua sembah haluan / yang muda salam dagang kirimkan (44).
Suatu lagi nazam ditambah / kepada ananda Umi Salamah / belahan nyawa buah hati ayah / di negeri Sunur darah tertumpah (45).
Wahai ananda Umi Salamah / dengarkan, Sayang, pitaruh ayah / taat ibadat kepada Allah / iman di dada jangan berubah (46).
Sembahyang, Sayang, jangan berhenti / dari mula hidup sampai kan mati / di akhirat, Sayang, ayahanda menanti / di Padang Mahsyar di pangkal Titi (47).
Jikalau ada umurku panjang / niatku bulat tidak bercabang / hendak segera kembali pulang / melihat anak sibiran tulang (48).
Jikalau sampai bilang umurku / habislah daya dengan upayaku / di akhirat, Anak, kita bertemu / di dalam Jannah sorga Tuhanku (49).
Wahai Anak hendaklah syukur / masuk termimpi masaku tidur / siang di Tarumun malam di Sunur / rangkai hatiku rasakan hancur (50).
Tersentaklah ayah pada tengah malam / bulan pun terang cuaca alam / tampaklah gunung jeram-menjeram / hati yang rindu remuk di dalam (51).
Bangunlah ayah daripada tidur / bangkit sekali duduk terpekur / terdengar ombak berdebur2 / tidaklah obah rasa di Sunur (52).
(58) Ayam berkokok hampirlah siang / orang pun sunyi angin pun tenang / berdesir ombak di atas karang / bunyi menyeru mahimbau pulang (53).
Jikalau ayahanda menjadi burung / sekarang itu terbang membubung / laut baharullah ayahanda arung / biarlah hanyut menjadi apung (54)
Jikalau ayahanda menjadi bayan / lengkap jo sayap kedua tangan / ayahanda terbang menyisi awan / menjelang Sunur kampung halaman (55).
Jikalau ayahanda menjadi elang / sekarang itu jua terbang / malam pun tidak dinanti siang / minta sampaikan masa sekarang (56).
Begitu rasanya di hati ayah / siang dan malam tidak berubah / tetapi belum takdir Allah / habislah daya upaya sudah (57).
Inilah surat dagang yang sangsai / sambutlah, tuan, manakala sampai / suruh bacakan barang yang pandai / ganti bertutur berandai2 (58).
Siapa tuan menaruh santun / sambutlah surat dari Tarumun / kaganti senda umpama pantun / jikalau salah beribu ampun (59).
Wahai sahabat kecil dan besar / Suratku ini minta didengar / air mata tuan kalau keluar / ganti meratap mayat terhantar (60).
Siapa tuan yang kasih sayang / mendengar kabar berita dagang /
(59) air mata tuan kalau terbuang / misalkan mayat turun di jenjang (61).
Wahai ananda Umi Salamah / hendak dengarkan surat bermadah / air mata anak jatuh ke tanah / niatkan, Sayang, meratapi ayah (62).
Tamatlah Syair Mekah [dan Madinah dan Syair Sunur] pada 30 hari bulan Jumadilawal Hijrat al-Nabi Muhammad Salallahualaihi wasallam sanat 1266, Muhammad Yahya ibnu Abdul Talab, te Padang den 13 April 1850.